Menggapai Kebaikan di Akhirat

Pada saatnya, ajal seorang manusia akan tiba. Entah keberatan apa tidak. Dengan datangnya ajal, orang itu pun kembali kepada Allah. Dia Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ ثُمَّ اِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ

“Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian. Kemudian, hanya kepada Kami kamu dikembalikan.” (QS. Al-Ankabut: 57).

Kalau ajal manusia tiba, manusia itu pun tinggalkan kehidupan dunia. Dia sudah tak ada lagi di alam yang hanya permainan dan kelengahan. Sebagaimana firman-Nya:

وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا لَعِبٌ وَّلَهْوٌ ۗوَلَلدَّارُ الْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لِّلَّذِيْنَ يَتَّقُوْنَۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ

“Kehidupan dunia hanyalah permainan dan kelengahan, sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Tidakkah kamu mengerti?” (QS. Al-An’am: 32).

Kehidupan dunia ini memang fana. Lalu, kalau ada kehidupan yang fana, adakah kehidupan yang abadi? Ada. Kehidupan yang abadi adalah kehidupan di akhirat. Lalu, apakah ada kaitannya kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat? Ada. Kehidupan seorang manusia di dunia, menentukan bahagia tidaknya dia di akhirat.

Untuk itu, hendaknya manusia menjadi orang yang beriman dan mengerjakan kebaikan serta menjadi orang yang bertaqwa untuk menghadapi kehidupan akhirat yang merupakan kehidupan yang abadi. Hendaknya manusia tidak hidup hanya untuk kehidupan dunia. Kalau yang diinginkan kehidupan dunia saja, dia tidak akan memperoleh sesuatu di akhirat kecuali Neraka. Sebagaimana firman-Nya:

مَنْ كَانَ يُرِيْدُ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا وَزِيْنَتَهَا نُوَفِّ اِلَيْهِمْ اَعْمَالَهُمْ فِيْهَا وَهُمْ فِيْهَا لَا يُبْخَسُوْنَ

اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ لَيْسَ لَهُمْ فِى الْاٰخِرَةِ اِلَّا النَّارُ ۖوَحَبِطَ مَا صَنَعُوْا فِيْهَا وَبٰطِلٌ مَّا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

“Siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan kepada mereka (balasan) perbuatan mereka di dalamnya dengan sempurna dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Mereka itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali Neraka, sia-sialah apa yang telah mereka usahakan (di dunia), dan batallah apa yang dahulu selalu mereka kerjakan.” (QS. Hud: 15-16).

Untuk menggapai kebahagiaan di akhirat di antara sarananya adalah dengan ilmu serta punya  ilmu yang dapat diambil manfaatnya. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia maka dengan ilmu, dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat maka dengan ilmu, dan barangsiapa menghendaki keduanya maka dengan ilmu.” (HR. At-Tirmidzi).

“Jika seorang manusia mati, maka terputuslah darinya semua amalnya kecuali dari tiga hal; dari sedekah jariyah, atau ilmu yang diambil manfaatnya, atau anak shaleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim).

Agar mendapatkan kebaikan di akhirat lainnya, hendaknya manusia senantiasa beribadah kepada Allah hingga kedatangan maut, misalnya shalat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتّٰى يَأْتِيَكَ الْيَقِيْنُ ࣖࣖ

“Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu kepastian (kematian).” (QS. Al-Hijr: 99).

Mengenai shalat, Rasulullah Shallallahu ‘alaihin wa Sallam pernah bersabda:

“Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari Kiamat adalah shalatnya. Maka, jika shalatnya baik,sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi. Jika berkurang sedikit dari shalat wajibnya, maka Allah Ta’ala berfirman: ‘Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah.’ Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari shalat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya.” (HR. At-Tirmidzi).

Selainnya, agar mendapatkan kebaikan di akhirat, hendaknya bersedekah supaya tak ada penyesalan. Keberadaan sedekah pula yang akan menjadi naungan pada hari Kiamat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَاَنْفِقُوْا مِنْ مَّا رَزَقْنٰكُمْ مِّنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُوْلَ رَبِّ لَوْلَآ اَخَّرْتَنِيْٓ اِلٰٓى اَجَلٍ قَرِيْبٍۚ فَاَصَّدَّقَ وَاَكُنْ مِّنَ الصّٰلِحِيْنَ

“Infaqkanlah sebagian dari apa yang telah Kami anugerahkan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antaramu. Dia lalu berkata (sambil menyesal), ‘Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)-ku sedikit waktu lagi, aku akan dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang shaleh’.” (QS. Al-Munafiqun: 10).

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

“Naungan bagi seorang Mukmin pada hari kiamat adalah sedekahnya.” (HR. Ahmad).

Hal lainnya, agar tidak mendapatkan keburukan di akhirat adalah hendaknya bertaubat sebelum nyawa di tenggorokan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

اِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللّٰهِ لِلَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ السُّوْۤءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوْبُوْنَ مِنْ قَرِيْبٍ فَاُولٰۤىِٕكَ يَتُوْبُ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ ۗ وَكَانَ اللّٰهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًا

وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ السَّيِّاٰتِۚ حَتّٰىٓ اِذَا حَضَرَ اَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ اِنِّيْ تُبْتُ الْـٰٔنَ وَلَا الَّذِيْنَ يَمُوْتُوْنَ وَهُمْ كُفَّارٌ ۗ اُولٰۤىِٕكَ اَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا اَلِيْمًا

“Sesungguhnya taubat yang pasti diterima Allah itu hanya bagi mereka yang melakukan keburukan karena kebodohan, kemudian mereka segera bertaubat. Merekalah yang Allah terima taubatnya. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Tidaklah taubat itu (diterima Allah) bagi orang-orang yang melakukan keburukan sehingga apabila datang ajal kepada seorang di antara mereka, (barulah) dia mengatakan, ‘Saya benar-benar bertaubat sekarang.’ Tidak (pula) bagi orang-orang yang meninggal dunia, sementara mereka di dalam kekufuran. Telah Kami sediakan azab yang sangat pedih bagi mereka.” (QS. An-Nisa’: 17-18).

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

“Barangsiapa bertaubat kepada Allah sebelum nyawa di tenggorokan, maka Allah akan menerima taubatnya.” (HR Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Hibban, Al-Hakim).

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *